Kamis, 21 November 2013

FILTRASI SEDERHANA DAN PENETRALAN pH AIR SISA CUCIAN DENGAN MEDIA DAUN KETAPANG (Terminalia catappa


FILTRASI SEDERHANA DAN PENETRALAN pH AIR SISA CUCIAN DENGAN MEDIA DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.)

A.    Latar Belakang Masalah
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan bila tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat dibutuhkan manusia baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun keperluan industri.
Pada zaman sekarang, air menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai standar tertentu sudah cukup sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai aktifitas manusia misalnya limbah rumah tangga yakni air bekas cucian.
Pembuangan limbah yang berasal dari kegiatan usaha rumah tangga yakni air sisa cucian masih dibuang ke lingkungan tanpa ada pengolahan. Limbah air sisa cucian mengandung senyawa aktif metilen biru (surfaktan) yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Diperlukan suatu upaya pengolahan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga tersebut  untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Kegiatan menghasilkan suatu limbah yang berupa cairan, sisa air cucian yang bersifat basa. Kebanyakan limbah cair ini dibuang ke badan air seperti sungai. Hal ini bisa menyebabkan badan air menjadi tercemar atau bersifat basa. Salah satu upaya sederhana untuk pengurangan pencemaran yaitu dengan menurunkan pH sisa air cucian terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Penurunan pH, dapat dilakukan dengan cara merendamkan daun ketapang kedalam air sisa cucian tersebut.
Ketapang dalam bahasa ilmiah adalah Terminalia catappa L., atau sering disebut dengan kenari tropis. Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman peneduh karena daunnya yang membentuk seperti payung. Setiap harinya selalu ada daun kering yang berguguran dan menjadi sampah karena tidak digunakan. Pohon ketapang menghasilkan racun pada daunnya yang berguna untuk melindungi dari gangguan serangga dan parasit. Oleh karena itu kita tidak akan menemukan pohon ketapang diserang oleh hama. Daun yang kering ketika terendam air akan menghasilkan air yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam organic seperti humic dan tannin.
Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru, dapat menetralkan asam.
Alat untuk mengukur skala keasaman atau pH adalah pH meter dan indikator universal. Skala pH nya adalah antara 0-14. Tingkatan keasaman yaitu,apabila nilainya 0-6,9 maka disebut asam. Apabila nilainya 7 adalah netra. Dan jika lebih dari 7, yaitu 7,1-14 disebut basa.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam proposal ini adalah:
1.      Apa definisi pencemaran air?
2.      Apa saja sumber pencemaran air?
3.      Apa saja dampak dari pencemaran air?
4.      Bahaya apa yang ditimbulkan apabila pH air sisa cucian berada diatas netral (basa) bagi lingkungan?
5.      Apa itu filtrasi air sederhana?
6.      Kandungan apa yang terdapat pada daun ketapang dalam menetalisir pH air sisa cucian?
C.    Tujuan Penulisan Proposal
Adapun tujuan penulis menyusun proposal ini yaitu untuk   mengetahui :
1.      Untuk mengetahui definisi pencemaran air;
2.      Untuk mengetahui sumber-sumber pencemar air;
3.      Untuk mengetahui dampak pencemaran air;
4.      Untuk mengetahui bahaya apa yang ditimbulkan apabila pH air sisa cucian berada diatas netral (basa) bagi lingkungan;
5.      Untuk mengetahui apa itu filtrasi ai sederhana;
6.      Untuk mengetahui kandungan apa yang terdapat pada daun ketapang dalam menetalisir pH air sisa cucian.

D.    Manfaat Penulisan Proposal
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.      Bagi penulis
a.       Melatih kemampuan penulis untuk memecahkan masalah yakni pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga yakni detergen.
b.      Mengukur sejauh mana manfaat daun ketapang dalam menetralisir pH air sisa cucian yang dapat mengakibatkan pencemaran.
2.      Bagi masyarakat
Memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi pencemaran air yang berasal dari limbah rumah tangga yakni air sisa cucian.
E.    Tinjauan Pustaka
1.      Definisi Pencemaran Air
Pencemaran air didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan  pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2).
a.       Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
0)      Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa
1)      Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH 
2)      Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah:
1)      pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.
2)      Oksigen terlarut (DO)                        
3)      Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 
                  4) Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

2.      Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari  tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal  dari industri, rumah tangga dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :
a.       Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.      
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1)      Bahan buangan padat
2)      Bahan buangan organik dan olahan bahan makanan
3)      Bahan buangan anorganik
4)      Bahan buangan cairan berminyak
5)      Bahan buangan berupa panas (polusi thermal) 
6)    Bahan buangan zat kimia 
1.      Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004) oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya
a.       Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
b.      Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
c.       Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
1)      air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
2)      air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
3)      jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri
4)      air sebagai media untuk hidup vektor penyakit
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoan.
5)      Dampak terhadap estetika lingkungan
4.      Bahaya Air Sisa Cucian Bagi Lingkungan 
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Umumnya deterjen yang digunakan sebagai pencuci pakaian/laundrymerupakan deterjen anionik karena memiliki daya bersih yang tinggi. Pada deterjen anionik sering ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP)dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa sodium lauryl sulfate (SLS) diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa
Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun non ionik).
Terdapat dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk-produk kimia (deterjen) aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’.
Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air sehingga pada perkembangannnya digantikan dengan LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus/ tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori – pori media filtrasi.
Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi. Eutrofikasi menimbulkan pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok dan menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya deterjen dengan rendah fosfat beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik. Karena diketahui lebih bersifat alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 – 12.
Pembuangan limbah yang berasal dari kegiatan usaha rumah tangga yakni air sisa cucian masih dibuang ke lingkungan tanpa ada pengolahan. Limbah air sisa cucian mengandung senyawa aktif metilen biru (surfaktan) yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Diperlukan suatu upaya pengolahan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga tersebut  untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Kegiatan menghasilkan suatu limbah yang berupa cairan, sisa air cucian yang bersifat basa.
Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Bagi lingkungan jika tanaman atau hewan yang terkena air yang bersifat basa maka dapat menyebabkan tanaman itu layu hingga mati dan bagi hewan misalnya ikan juga air sisa cucian yang bersifat basa dapat menyebabkan kematian. Dengan itu air sisa cucian yang bersifat basa berbahaya bagi lingkungan.
5. Filtrasi Sederhana  
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di dalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang besar. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae. Oleh karena varietas dari material yang harus disaring beragam dan kondisi proses yang berbeda.Filtrasi adalah proses penyaringan air menembus media berpori-pori. Untuk menghilangkan zat tersuspensi yang terakhir adalah dengan melakukan penyaringan. Penyaringan  yang dimaksudkan disini adalah penyaringan dengan melewatkan air melalui bahan berbentuk butiran yang diatur sedemikian rupa sehingga zat padatnya tertinggal pada butiran tersebut dan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan masyarakat. Ada beberapa jenis media filtrasi air sederhana misalnya: kapas, ijuk, arang, batu kerikil (koral), kain katun, sabut kelapa, keramik dan sebagainya. 
a.       Tujuan dari filtrasi
       1)  memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali
       2)  mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah
       3)  mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air
       4)  mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor
       5)  membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih
b.    Manfaat filtrasi
1) air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja,misalnya sungai,rawa,telaga,sawah,sawah,air kotor lainnya
2)     dapat meng ilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh
3)      dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening
4)   menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar air dapat dilayak untuk minum
5)  cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan tempat terpencil

6. Kandungan yang terdapat pada daun ketapang dalam menetalisir pH air sisa cucian
Penelitian penurunan untuk menstabilkan pH air salah satunya dapat menggunakan daun ketapang yang memiliki kurang lebih enam senyawa asam fenolat. Dengan penjelasan minimal 1 asam fenolat dalam bentuk bebas, minimal 1 asam fenolat dalam bentuk glikosida, dan minimal 3 asam fenolat dalam bentuk ester pada daun ketapang, dimana senyawa–senyawa tersebut bukan merupakan senyawa asam kafeat, asam ferulat, asam vanilat, asam siringat, asam protokateukat, dan asam p-hidroksi benzoate. Zat asam ini yang nantinya akan menguraikan/menghidrolisis ion H, sehingga pH air akan menurun dan stabil sesuai dengan kondisi optimal hidup hewan akuatik yang dibudidayakan. 
a.       Klasifikasi
Klasifikasi Pohon Ketapang termasuk 
Kerajaan                : Plantae
Divisi                     : Spermatophyta, 
Sub divisi              : Angiospermae, 
Kelas                     : Dicotyledeneae, 
Bangsa                  : Myrtales, 
Suku                      : Cumbretaceae, 
Marga                    : Terminalia, 
Jenis                      : Terminalia catappa L. 
Telah diperiksa fitokimia ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia catappa L., Combretaceae). Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin, dan steroid/triterpenoid. 
Daun ketapang diketahui memiliki asam organic yaitu humic dan tannin yang dapat menurunkan pH.  Pemakaian daun ketapang yang masih segar atau yang masih hijau dilakukan untuk mengetahui apakah daun tersebut dapat menurunkan pH seperti daun ketapang kering atau tidak. Jika daun ketapang segar atau yang masih hijau dapat menurunkan pH juga. Dan membandingkan daun ketapang mana yang memiliki kemampuan lebih besar dalam menurunkan pH.
F.    Hipotesis
Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga misalnya sisa air detergen yang pembuangannya secara sembarangan yakni langsung ke lingkungan tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada lingkungan tersebut. Padahal sisa air detergen tersebut sangat berbahaya baggi lingkungan misalnya dapat mengakibatkan kolam dan sungai tercemar sehingga ikan yang ada di kolam pembuangan limbah tersebut mati, sedangkan sungai yang tercemar itu minimbulkan bau busuk, dan juga tidak baik bila terserap oleh tanaman karena dapat menimbulkan kematian pada tanaman tersebut. Oleh karena itu kami menawarkan cara penanggulangannya dengan cara mengurangi pH pada air detergen tersebut dengan media daun katapang Terminalia catappa L. dan untuk memurnikan kembali air detergen tersebut agar bisa digunakan kembali maka kami menggunakan proses filtrasi.
Faktor-faktor yang mendukung dari alasan tersebut yaitu:
1.    Bahan yang digunakan tergolong murah dan mudah didapat
2.    Dengan Daun katapang (Terminalia catappa L.) turunnya pH pada air sisa cucian detergen maka dapat meminimalisir pencemaran lingkungan.
3.    Filtrasi sederhana dapat memurnikan kembali sisa air detergen yang telah berwarna coklat karena proses perendaman daun ketapang bila akan dipergunakan kembali dalam kegiatan sehari-hari seperti mencuci kendaraan.

G.     Metodologi Pelaksanaan Program
Pada percobaan mengenai penurunan pH air sisa cucian dengan alternatif  bahan baku daun ketapang kering ini dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi daun ketapang kering ini telah lama digunakan dalam penurunan pH air karena dapat menurunkan pH air pada akuarium. Pada percobaan ini akan membahas mengenai proses penurunan pH air sisa cucian dengan menggunakan daun ketapang kering. Proses perendaman berlangsung selama 4 hari dan setiap harinya dilakukan pengukuran pH.
1.      Objek Percobaan
Sebagai objek percobaan ini adalah daun ketapang kering sebagai bahan baku penurun pH.
2.      Bahan dan Alat Percobaan
a.       Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1)      daun ketapang kering
2)      batu kerikil
3)      sabut kelapa
4)      ijuk
5)      busa aquarium
6)      air sisa cucian.
b.      Alat
Alat yangdigunakan dalam percobaan ini adalah:
1)      Talang air bekas
2)      Kertas pH (lakmus)
3.      Prosedur Kerja
a.        Memilih daun ketapang kering yang baik.
b.      Membersihkan daun ketapang kering dari kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
c.       Mengeringkan daun ketapang di bawah sinar matahari agar daun lebih kering lagi.
d.      Menyiapkan air sisa cucian sabun di dalam wadah atau ember.
e.       Mengukur pH awal air sisa cucian sabun dengan menggunakan kertas lakmus.
f.       Menghitung pH awal air sisa cucian sabun.
g.      Merendam daun ketapang yang sudah kering kedalam air sisa cucian sabun.
h.      Mengukur pH rendaman daun ketapang pada air sabun setiap 1x24 jam selama 4  hari.
i.        Setelah pH air turun maka dilakukan penyaringan air (filtrasi) dengan menggunakan ijuk, busa aquarium, batu kerikil, dan sabut kelapa untuk mengurangi   warna kuning dari sisa rendaman daun ketapang.
H.    Pembahasan Penelitian 
           Dari hasil pengujian yang telah kami lakukan dihasilkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengukuran pH dari hari pertama hingga keempat.
Hari ke-
pH
0
11 
1
11 
2
10
3
10
4
9
Air sisa cucian yang mempunyai pH awal 11 setelah direndam dengan daun ketapang selama 4 hari mengalami penurunan pH, yaitu menjadi 9. Namun, pada air bekas rendaman daun ketapang, airnya berwarna coklat gelap dan keruh oleh serat daun ketapang. Karena warna coklat tersebut diakibatkan oleh asam tannin pada kandungan daun ketapang kering namun tidak berbahaya bagi lingkungan. Tapi dilihat dari segi estetikanya memang air ini berwarna keruh coklat, oleh karena itu kami melakukan filtrasi sederhana untuk mengurangi warna coklat pada air tersebut.
Adapun filtasi sederhana yang kami lakukan setelah pH air turun dengan menggunakan ijuk, busa aquarium, batu kerikil, dan sabut kelapa untuk mengurangi warna coklat dari sisa rendaman daun ketapang. Pada awalnya kami menggunakan arang juga tidak menggunakan ijuk dan busa aquarium, namun melihat hasil filtrasi yang kurang jernih dan malah sedikit kehitaman oleh arang, maka kami memilih tidak tidak menggunakan arang dan menggantinya dengan ijuk dan busa aquarium. Namun, untuk mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan filtrasi beberapa kali. Karena bila hanya satu kali saja filtrasi tidak akan mengurangi warna coklat pada air tersebut.
Selain menggunakan daun yang kering kami juga mencoba membandingkan dengan daun ketapang yang masih hijau. Namun setelah dilakukan perendaman beberapa hari, pH air tersebut tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan humic dan tannin yang berfungsi untuk menurunkan pH air lebih banyak terdapat pada daun ketapang yang sudah kering.
Perendaman daun ketapang yang lebih lama juga dimungkinkan untuk memaksimalkan kemampuan daun ketapang dalam menurunkan pH. Semakin lama daun ketapang direndam kemungkinan akan semakin banyak ekstrak daun ketapang yang bercampur dalam air limbah. Banyaknya ekstrak tersebut berpengaruh terhadap tingkat keasaman sehingga memungkinkan pH air limbah semakin turun.

SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:
1.      Daun ketapang mengandung asam organik seperti humic dan tannin yang dapat menurunkan pH air.
2.      pH air sisa cucian yang pH awal 11 setelah direndam selama 4 hari turun menjadi 9.
3.      Teknologi sederhana ini dapat diterapkan di industri laundri yang banyak menghasilkan limbah detergen sehingga lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
4.      Dilakukan proses filtrasi sederhana untuk mengurangi warna coklat pada air rendaman daun ketapang.
5.      Untuk mendapatkan hasil air yang baik perlu dilakukan proses filtrasi beberapa kali.
6.      Daun ketapang yang masih muda (hijau) tidak terlalu berfungsi baik dalam penurunan pH air cucian.
7.      Lama perendaman daun ketapang dapat menentukan seberapa besar penurunan pH air cucian.

B.     Saran
1.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan antara  jumlah daun ketapang dengan jumlah volume air dalam skala yang lebih besar.
2.  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sisa daun ketapang yang direndam agar bisa dimanfaatkan kembali untuk dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat.
3.   Penambahan alat dan bahan dalam proses filtrasi sederhana untuk memperoleh air yang baik tanpa mengulangi proses filtasi hingga beberapa kali.


2 komentar:

  1. saya juga telah melakukan percbaan tersebut dan saya berhasil menurunkan pH larutan dari 11 menjadi 9 dengan perendaman selama 20 menit saya namun dengan menggunakan daun ketapang dalam bentuk serbuk dan kadar yang banyak. namun , kendala saya sampai saat ini adalah bagaimana cara menjernihkan air akibat penggunaan daun ketapang ....
    jka ada saran dan ada bantuan tolong beritahu saya yah karena saya membutuhkannya ...
    terima kasih ... :)

    BalasHapus
  2. penetralisasi kadar pH dalam air memang sangat diperlukan. cara pengetesannya menggunakan Alat PH Meter Air berikut:
    1.pH Meter Air 009i
    2.pH Meter Air ATC 2011,
    3.pH Test kit,
    4.TDS Meter3,
    5.TDS & EC Meter,
    6.ORP Meter CT-6022


    Info lengkap kunjungi phmetermurah.com

    BalasHapus