Senin, 25 November 2013

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN (PLASMOLISIS)


PLASMOLISIS

A.    Tujuan
1.      Untuk mengamati peristiwa plasmolisis;
2.      untuk mengetahui apa penyebab tanaman menjadi layu;
3.      untuk mengetahui Defisit Tekanan Turgor; dan
4.      untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan turgor penuh.
B.     Landasan teoritis
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air  yang berada dalam vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis. (Anonim, 2009:3).
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya dengan cepat kehilangan  turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan  dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis. (Kimball,1994).
Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane plasma. Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya embran dari dinding sel yang disebut plasmolisis. (Anonim, 2000:4)
Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk. (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana dkk, 2011:5).
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik ( Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5)
Terdapat banyak teori mengenai membrane plasma yang dikemukakkan oleh para ahli tetapi pada dasarnya ada dua kelompok teori tentan susunan suatu membrane plasma yaitu :
A.    -          Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun atas lapisan – lapisan.
B.     -          Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun sebab bola – bola yang terderet. (Juwono & Zulfa, 2000:21)
Membran plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas suatu sel dengan organel lainnya. Membrane plasma memiliki sifat selektif permeable dan dinamis, antara lain adanya pertumbuhan membrane plasma, fragmentasi, difrensiasi, perbaikan dari perusakan dan perubahan struktur tiga dimensinya. Pada organism multisel, sel – sel tersusun sedemikian rupa menjadi rakitan yang bekerja sama yang disebut jaringan sel – sel dalam sautu jaringan umumnya berhubungan satu sama lain melalui jalinan yang rumit terdapat pengaturan sel dalam  membrane plasma (Adtya,2007:51).

C.    Alat dan bahan
1.      Alat 
a.       Mikroskop monokuler
b.      Silet tajam
c.       Objek glass
d.      Cover glass
e.       Pipet tetes
f.       Kertas hisap
g.      Kamera
2.      Bahan
a.       Daun Rhoeo discolor
b.      Aquades
c.       NaCl

D.    Prosedur kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Membersihkan cover glass dan objek glass dengan menggunakan kertas hisap (agar steril).
3.      Meneteskan aquadest pada objek glass dengan menggunakan pipet, cukup 1 tetes (jika aquadest yang diteteskan dirasa berlebih, dapat dikurangi dengan menggunakan kertas hisap).
4.      Menyayat bagian permukaan bawah Rhoeo discolor dengan menggunakan silet, dengan posisi daun berada tepat di depan dada dan mulai menyayat dengan arah dari luar badan menuju ke badan.
5.      Meletakkan objek pada objek glass yang sudah ditetesi aquadest, objek harus tenggelam sepenuhnya ke dalam aquadest.
6.      Menutup objek yang akan diamati dengan cover glass.
7.      Mengamati preparat yang telah dibuat dengan menggunakan mikroskop.
8.      Meletakkan kertas hisap di salah satu ujung cover glass,
9.      Meneteskan larutan NaCl setetes demi setetes pada bagian ujung cover glass lainnya (berhadap) sambil mengamati perubahan yang terjadi pada objek.
10.  Mengukur waktu perubahan yang terjadi pada objek


E.     Hasil Pengamatan
Gambar
Keterangan
Objek yang menggunakan reagen aquadest. Pembesaran 10x.

Objek yang menggunakan reagen NaCl. Pembesaran 10x.

Objek yang menggunakan reagen NaCl. Pembesaran 40x.


Dalm percobaan ini NaCl yang dibutuhkan untuk mengerutkan sitoplasma pada sel daun Rhoeo discolor sebanyak 5 tetes, dengan waktu 1 menit 40 detik. 
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan didapatkan sel daun Rheoo discolor yang menggunakan reagen aquades terlihat normal atau sitoplasma nya masih berwarna ungu utuh. Sedangkan setelah ditetesi larutan NaCl sebanyak 5 tetes lama-kelamaan terjadi pengerutan pada sitoplasmanya dan lepasnya membran plasma dari dinding sel.
Pada saat larutan NaCl diteteskan pada sayatan daun Rhoeo discolor, lingkungan yang terbentuk di luar sel-sel daun adalah hipertonik, dan hipotonik pada bagian dalam sel. Sesuai dengan prinsip osmosis, yakni proses perpindahan larutan dari potensial air rendah (hipotonik) ke  yang potensial air tinggi (hipertonik) melalui membran semipermiabel, air akan mengalir keluar dari vakuola menuju luar sel karena adanya tekanan osmosis. Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah:
a.       Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel
b.      Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
Tumbuhan layu dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri tertentu yang menyerang suatu tanaman tertentu.  Tumbuhan layu terjadi karena tumbuhan kehilangan persediaan air yang begitu besar untuk proses fotosintesis. Dan pada saat tumbuhan kehilangan air yang sangat besar dibandingkan air yang masuk kedalam tumbuhan, maka sel-sel daun lambat laut kehilangan turgor. Perpindahan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan/deficit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Sumber tersebut adanya tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau Deficit Tekanan Difusi.
Tekanan turgor merupakan tekanan yang ditimbulkan pada saat vakuola dan protoplasma sel membesar ketika mengarbsorbsikan air. Akibat kehilangan turgor, sel-sel menjadi lembek, dan tumbuhan menjadi layu. Jika tumbuhan layu dalam waktu yang lama, kehancuran jaringan bahkan kematian tumbuhan dapat terjadi. Jika terlalu banyak air masuk ke dalam sel, sel akan menggembung, bahkan mungkin dapat pecah. Sel mengalami turgor penuh saat kembalinya sel dalam keadaan normal kembali atau mengembung secara penuh dan mengalami penyatuan kembali sel-sel sitoplasma ke dinding sel setelah mengalami plasmolisis atau disebut deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
G.    Kesimpulan
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik). Akibatnya cairan yang ada di dalam sel keluar dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana membran sel terlepas dari dinding sel.
Cara untuk mengembalikan sel dalam keadaan normal bisa dilakukan bila sel tersebut diberikan larutan isoton atau peristiwa tersebut dikenal dengan istilah deplasmolisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar