PLASMOLISIS
A.
Tujuan
1.
Untuk
mengamati peristiwa plasmolisis;
2.
untuk
mengetahui apa penyebab tanaman menjadi layu;
3.
untuk
mengetahui Defisit Tekanan Turgor; dan
4.
untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan turgor penuh.
B.
Landasan teoritis
Plasmolisis
adalah peristiwa terlepasnya
protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik.
Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis
sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik
terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma
akan menyusut. Bila hal ini
berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut
plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan
yang dipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air yang berada dalam
vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari
dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis.
(Anonim, 2009:3).
Jika
sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya
dengan cepat kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal
ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan
dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu
mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis. (Kimball,1994).
Apabila
konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi
endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi. Keadaaan
yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel
karena rusaknya atau robeknya membrane plasma. Sebaliknya, apabila konsetrasi
larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel akan keluar dan terjadi
eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi
dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya embran dari dinding sel yang
disebut plasmolisis. (Anonim, 2000:4)
Plasmolisis
adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane pellasma dari
dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan
garam lebih dari 1%). (Buana dkk,
2011:5)
Plasmolisis
merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit
terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi
ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi
dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya
dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari
luar bias masuk. (Buana dkk,
2011:5)
Plasmolisis
merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan pada
larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut
layu. Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis,
dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut
dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding
sel. (Buana dkk, 2011:5).
Tidak
ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik ( Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis
biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis
(Buana dkk, 20011:5)
Terdapat
banyak teori mengenai membrane plasma yang dikemukakkan oleh para ahli tetapi
pada dasarnya ada dua kelompok teori tentan susunan suatu membrane plasma yaitu
:
A.
-
Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun atas lapisan –
lapisan.
B.
-
Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun sebab bola – bola
yang terderet. (Juwono & Zulfa, 2000:21)
Membran plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas
suatu sel dengan organel lainnya. Membrane plasma memiliki sifat selektif
permeable dan dinamis, antara lain adanya pertumbuhan membrane plasma,
fragmentasi, difrensiasi, perbaikan dari perusakan dan perubahan struktur tiga
dimensinya. Pada organism multisel, sel – sel tersusun sedemikian rupa menjadi
rakitan yang bekerja sama yang disebut jaringan sel – sel dalam sautu jaringan
umumnya berhubungan satu sama lain melalui jalinan yang rumit terdapat
pengaturan sel dalam membrane plasma (Adtya,2007:51).
C.
Alat dan bahan
1.
Alat
a.
Mikroskop monokuler
b.
Silet tajam
c.
Objek glass
d.
Cover glass
e.
Pipet tetes
f.
Kertas hisap
g.
Kamera
2.
Bahan
a.
Daun Rhoeo
discolor
b.
Aquades
c.
NaCl
D.
Prosedur kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Membersihkan cover glass dan objek glass dengan
menggunakan kertas hisap (agar steril).
3.
Meneteskan aquadest pada objek glass dengan menggunakan
pipet, cukup 1 tetes (jika aquadest yang diteteskan dirasa berlebih, dapat
dikurangi dengan menggunakan kertas hisap).
4.
Menyayat bagian permukaan bawah Rhoeo discolor dengan menggunakan silet, dengan posisi daun berada
tepat di depan dada dan mulai menyayat dengan arah dari luar badan menuju ke
badan.
5.
Meletakkan objek pada objek glass yang sudah ditetesi
aquadest, objek harus tenggelam sepenuhnya ke dalam aquadest.
6.
Menutup objek yang akan diamati dengan cover glass.
7. Mengamati
preparat yang telah dibuat dengan menggunakan mikroskop.
8. Meletakkan
kertas hisap di salah satu ujung cover glass,
9. Meneteskan
larutan NaCl setetes demi setetes pada bagian ujung cover glass lainnya
(berhadap) sambil mengamati perubahan yang terjadi pada objek.
10. Mengukur
waktu perubahan yang terjadi pada objek
E.
Hasil
Pengamatan
Gambar
|
Keterangan
|
|
Objek
yang menggunakan reagen aquadest. Pembesaran 10x.
|
|
Objek
yang menggunakan reagen NaCl. Pembesaran 10x.
|
|
Objek
yang menggunakan reagen NaCl. Pembesaran 40x.
|
Dalm
percobaan ini NaCl yang dibutuhkan untuk mengerutkan sitoplasma pada sel daun Rhoeo discolor sebanyak 5 tetes, dengan
waktu 1 menit 40 detik.
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan
didapatkan sel daun Rheoo discolor
yang menggunakan reagen aquades terlihat normal atau sitoplasma nya masih berwarna
ungu utuh. Sedangkan setelah ditetesi larutan NaCl sebanyak 5 tetes
lama-kelamaan terjadi pengerutan pada sitoplasmanya dan lepasnya membran plasma
dari dinding sel.
Pada saat larutan NaCl diteteskan pada sayatan daun Rhoeo
discolor, lingkungan yang terbentuk di luar sel-sel daun adalah hipertonik,
dan hipotonik pada bagian dalam sel. Sesuai dengan prinsip osmosis, yakni proses perpindahan larutan dari potensial air rendah (hipotonik)
ke yang potensial air tinggi
(hipertonik) melalui membran semipermiabel, air akan mengalir keluar
dari vakuola menuju luar sel karena adanya tekanan osmosis. Dua faktor penting
yang mempengaruhi osmosis adalah:
a.
Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel
b.
Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
Tumbuhan layu dapat disebabkan
oleh bakteri-bakteri tertentu yang menyerang suatu tanaman tertentu. Tumbuhan
layu terjadi karena tumbuhan kehilangan persediaan air yang begitu besar untuk
proses fotosintesis. Dan pada saat tumbuhan kehilangan air yang sangat besar
dibandingkan air yang masuk kedalam tumbuhan, maka sel-sel daun lambat laut
kehilangan turgor. Perpindahan molekul-molekul menyebar ke seluruh
jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat
dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan/deficit akan molekul-molekul. Hal ini
dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Sumber
tersebut adanya tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi
negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan
difusi atau Deficit Tekanan Difusi.
Tekanan turgor merupakan tekanan yang
ditimbulkan pada saat vakuola dan protoplasma sel membesar ketika
mengarbsorbsikan air. Akibat kehilangan turgor, sel-sel menjadi lembek, dan
tumbuhan menjadi layu. Jika tumbuhan layu dalam waktu yang lama, kehancuran
jaringan bahkan kematian tumbuhan dapat terjadi. Jika
terlalu banyak air masuk ke dalam sel, sel akan menggembung, bahkan mungkin
dapat pecah. Sel mengalami
turgor penuh saat kembalinya sel dalam keadaan normal kembali atau mengembung
secara penuh dan mengalami penyatuan kembali sel-sel sitoplasma ke dinding sel
setelah mengalami plasmolisis atau disebut deplasmolisis. Prinsip kerja
dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi
larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang
memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar,
sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus
membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke
dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma
terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar
sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang
masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
G.
Kesimpulan
Plasmolisis adalah kondisi
dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi
(hipertonik). Akibatnya cairan yang ada di dalam sel keluar dari sel, sehingga
tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana membran sel terlepas
dari dinding sel.
Cara untuk mengembalikan sel dalam keadaan normal bisa dilakukan bila sel
tersebut diberikan larutan isoton atau peristiwa tersebut dikenal dengan
istilah deplasmolisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar